DariAnas bin Malik r.a. berkata: Rosulullah SAW. bersabda: sesungguhnya Allah Ta'ala memandang kepada wajah orang yang sudah tua pagi dan sore, dan berfirman wahai hamba-Ku sungguh umurmu sudah tua, kulitmu sudah keriput, tulangmu sudah rapuh, ajalmu sudah dekat dan sudah tiba saatnya kamu menghadap kepada-Ku, maka malulah kamu kepada
Dalammenjelaskan hikmah yang agung ini, Ibnul Qayyim rahimahullâh mengatakan: “Sesungguhnya semua (musibah) yang menimpa orang-orang yang beriman dalam (menjalankan agama) Allâh Ta’ala senantiasa disertai dengan sikap ridha dan ihtisâb (mengharapkan pahala dari-Nya). Kalaupun sikap ridha tidak mereka miliki maka pegangan mereka adalah
Setelahmemaparkan kemunculannya, Kiai Sholeh kemudian melanjutkan penjelasannya dengan kritik yang tajam. Kiai Sholeh memandang bahwa penyebab utama dari munculnya da’i-da’i prematur semacam itu karena didasari oleh keinginan mereka untuk memperoleh harta benda, seperti sawah atau pekerjaan dari pemerintah, اُورَ اَنَا
0 Baladena.ID. Banyak hal yang bisa dilakukan oleh seseorang dalam menjalani kehidupan yang membawa manfaat dan juga bernilai ibadah di mata Allah SWT. Salah satunya ialah senyum. Senyum merupakan suatu hal yang sangat mudah dilakukan dan tentunya tidak membutuhkan biaya. Karena itu, bisa dilakukan oleh siapa saja, tanpa memandang kasta sosial.
13 Respon. Cara melihat karakteristik seseorang menurut psikologi ialah dari respon ketika diajak berbicara atau ketika sedang berada dalam suatu perkumpulan, jika orang tersebut lebih banyak membiarkan atau tidak mendengarkan seperti terbiasa sering mengecek dan bermain handphone ketika ada pembicaraan serius atau ketika seseorang tengah
4S5Df4. Apakah benar dengan memandang alim ulama maka jasadnya terhindar dari api neraka… via Tanya Ustadz for Android Jawaban Bismillah was shalatu was salamu ala Rasulillah, wa ba’du, Terdapat hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, خمس من العبادة قلة الطعم والقعود في المساجد ، والنظر إلى الكعبة ، والنظر في المصحف والنظر إلى وجه العالم “Ada 5 hal termasuk ibadah, sedikit makan, duduk di masjid, melihat ka’bah, melihat mushaf al-Quran, dan melihat wajah ulama.” Status hadis Hadis ini diriwayatkan ad-Dailami dalam Musnad Firdaus dan statusnya dhaif jiddan lemah sekali. Dalam riwayat lain, disebutkan lebih sangar, نَظْرَةٌ فِي وَجْهِ الْعَالِمِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ عِبَادَةِ سِتِّينَ سَنَةً صِيَامًا وَقِيَامًا Melihat wajah ulama lebih dicintai oleh Allah dari pada ibadah selama 60 tahun, berupa puasa dan shalat tahajud. Status hadis Hadis ini sangat lemah, dimasukkan oleh as-Sakhawi – murid Ibnu Hajar al-Asqalani – dalam al-Maqasid al-Hasanah hlm. 696, buku beliau berisi kumpulan hadis dhaif. Kesimpulannya, tidak dijumpai adanya dalil shahih yang menyebutkan keutamaan melihat ulama atau tokoh agama. Keutamaan Belajar Agama Islam Yang ada adalah keutamaan belajar ilmu agama, dengan mendatangi guru dan memperhatikan guru. Diantaranya hadis yang cukup panjang dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ Siapa yang menempuh jalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan menuju surga. Dan jika ada sekelompok orang berkumpul di salah satu masjid Allah, membaca kitabullah dan mereka mengkajinya, maka akan turun ketenangan kepada mereka, mereka akan diliputi rahmat, dikelilingi malaikat, dan mereka akan dibanggakan Allah di hadapan makhluk yang ada di dekatnya. HR. Muslim 7028, Ahmad 7427 dan yang lainnya . Keutamaan ini barlaku bagi yang belajar, bukan semata melihat wajah ulama. Meskipun dalam kegiatan belajar, hampir pasti melihat wajah gurunya. Kecuali yang datangnya telat, gak dapat tempat di dalam. Melihat yang Ber-efek Samping Dalam belajar, bukan syarat harus melihat guru atau ustad. Bahkan ketika melihat ini bisa menimbulkan efek samping yang kurang bagus, sebaiknya tidak melihat. Dulu sebagian sahabat ketika belajar bersama Nabi shallallahu alaihi wa sallam ada yang sampai tidak berani melihat beliau. Wibawa Nabi shallallahu alaihi wa sallam, sampai membuat sahabat ini tidak kuat melihat beliau. Seperti yang dialami sahabat Amr bin Ash radhiyallahu anhu, beliau mengatakan, وَمَا كَانَ أَحَدٌ أَحَبَّ إِلَىَّ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَلاَ أَجَلَّ فِى عَيْنِى مِنْهُ وَمَا كُنْتُ أُطِيقُ أَنْ أَمْلأَ عَيْنَىَّ مِنْهُ إِجْلاَلاً لَهُ وَلَوْ سُئِلْتُ أَنْ أَصِفَهُ مَا أَطَقْتُ لأَنِّى لَمْ أَكُنْ أَمْلأُ عَيْنَىَّ مِنْهُ Tidak ada seorang-pun yang lebih aku cintai melebihi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Tidak ada manusia yang lebih mulia di mataku, dari pada beliau. Aku tidak mampu untuk memenuhi pandanganku ke arah beliau, karena wibawa beliau. Kalaupun aku diminta untuk menceritakan tentang wajah beliau, aku tidak mampu. Karena aku tidak pernah memandang total wajah beliau. HR. Muslim 336. Ketika melihat wajah ustad atau guru tidak diperlukan, terutama lawan jenis, karena dikhawatirkan menimbulkan hal yang tidak diinginkan, maka sebaiknya tidak melihat. Semoga Allah melindungi kita dari godaan setan yang selalu menggelincirkan manusia menuju penyimpangan. Allahu a’lam. Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits Dewan Pembina Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk Android. Download Sekarang !! didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung Yufid dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi 081 326 333 328 DONASI hubungi 087 882 888 727 REKENING DONASI BANK SYARIAH INDONESIA 7086882242 YAYASAN YUFID NETWORK Kode BSI 451 🔍 Bolehkah Tarawih Sendiri Di Rumah, Republika Syiah, Pengobatan Ala Ustad Danu, Anting Pria, Hukum Bisnis Mlm Dalam Islam, Pakai Celana Ketat KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO CARA SHOLAT, ATAU HUBUNGI +62813 26 3333 28
22 September 202122 September 2021 adiregard 0 Lihatlah wajahnya Wajah beliau begitu teduh Mata beliau seperti mata bayi dan telaga yang dalam, membuat tenggelam dan jatuh cinta. “Barang siapa memandang kepada wajah orang Alim sekali dengan pandangan yang senang, niscaya Alloh SWT menjadikan pandangan tersebut malaikat yang memintakan ampun baginya hingga hari kiamat”. Imam Al-Hafizh Al-Mundziri meriwayatkan sebuah hadits dari 40 hadits berkenaan dengan keutamaan menuntut ilmu, yakni bersabda Rosululloh SAW “Pandangan sekali kepada orang Alim lebih Alloh cintai daripada ibadah 60 tahun, berpuasa siang harinya dan berdiri ibadah pada malamnya”. Mata yang memandang mempunyai pengaruh kuat dan berdampak signifikan terhadap aktifitas batiniah kita. Begitu kuatnya pengaruh itu sehingga mempengaruhi kekhusyu’an seseoran untuk beribadah kepada Alloh Ta’ala. Syekh Thohir bin Sholeh Al-Jazairi dalam kitabnya Jawahirul Kalamiyah menguraikan sebuah permasalahan Bagaimana mata mempunyai pengaruh, padahal mata itu hanya termasuk bagian badan manusia yang lembut dan tidak ada hubungannya dengan sesuatu yang dilihat, dan tidak ada sesuatu yang keluar dari mata itu yang berhubungan dengan sesuatu yang dilihat?’ Maka dijawab bahwa tidak ada yang menghalangi jika sesuatu yang lembut itu mempunyai pengaruh yang kuat, dan tidak diisyaratkan bahwa adanya pengaruh itu harus ada hubungannya, karena sesungguhnya kita lihat sebagian manusia yang mempunyai kewibawaan dan kekuasaan bila melihat kepada seseorang dengan pandangan yang mengandung amarah, kadang-kadang menyebabkan yang dipandang itu ketakutan dan gemetar, malah bisa menyebabkan kematiannya. Padahal pada lahirnya ia tidak memasukkan sesuatu pada yangilihatnyan dan tidak terjadi antara yang mempengaruhi dan yang dipengaruhi hubungan ataupun sentuhan. Kalau magnet mempunyai kekuatan dapat menarik besi padahal tidak ada hubungan antara magnet dan besi yang ditariknya itu dan tidak keluar sesuatu yang dapat menyebabkan menariknya itu. Bahkan benda-benda yang lembut lebih besar pengaruhnya daripada benda-benda yang kasar. Karena sesungguhnya perkara-perkara yang besar adalah timbul dari kuatnya kehendak dan niat, sedangkan kehendak dan niat itu termasuk hal yang tidak tampak. Maka tidak mengherankan kalau mata mempunyai pengaruh terhadap yang dipandangnya sekalipun mata itu sangat lembut, dan tidak ada hubungan atau sesuatu yang keluar dari mata itu. Kekuatan dan kecepatan pengaruh mata dalam memandang telah disinggung oleh Nabi SAW dalam suatu riwayat dari Ibnu Abbas Ra. “Pandangan mata adalah suatu kebenaran. Jika ada sesuatu yang dapat mendahului takdir ketetapan Alloh, maka sungguh pandangan mataakan mendahuluinya”. HR. Muslim. Karena itulah mata bisa membahayakan, seperti hipnotis, dll. dan Nabi SAW mengajarkan kepada kita suatu do’a “Aku berlindung dengan kalimat Alloh yang sempurna dari setiap syetan, binatang buas, dan pandangan mata yang membahayakan”. Sari As-Saqothi Rhm. berkata “Lidahmu adalah penyambung dari hatimu, dan wajahmu adalah cermin darinya. Pada wajahmu ditemukan apa yang ada di dalam hatimu”. Ketika anak-anak Ya’qub ingin pergi ke Mesir, menemui Yusuf As. yang ketika itu sudah menjadi Perdana Menteri, Ya’qub As. menasehati mereka “Hai anak-anakku, janganlah kamu bersama-sama masuk dari satu pintu gerbang, masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlainan!” QS. Yusuf[17] 67. Qotadah mengatakan bahwa Ya’qub As. mengkhawatirkan mereka dari bahaya pandangan Al-Ain orang-orang yang melihat mereka karena anak-anak Ya’qub As. tergolong orang-orang yang tampan dan berpenampilan menarik. Demikianlah Al-Quran mengisahkan tentang isyarat kuatnya pengaruh pandangan terhadap sesuatu yang diinginkan, yang dipahami oleh sebagian orang tertentu yang diberikan pengetahuan tentangnya. Keutamaan pandangan kepada wajah seorang Ulama banyak sekali, di antaranya sebagaimana disabdakan oleh Nabi SAW “Barang siapa memandang kepada wajah orang Alim sekali dengan pandangan yang senang, niscaya Alloh SWT menjadikan pandangan tersebut malaikat yang memintakan ampun baginya hingga hari kiamat”. Imam Al-Hafizh Al-Mundziri meriwayatkan sebuah hadits dari 40 hadits berkenaan dengan keutamaan menuntut ilmu, yakni bersabda Rosululloh SAW “Pandangan sekali kepada orang Alim lebih Alloh cintai daripada ibadah 60 tahun, berpuasa siang harinya dan berdiri ibadah pada malamnya”. Hadits tersebut menunjukkan betapa besarnya keutamaan memandang wajah orang Alim secara lahiriah, dikarenakan seseorang yang melakukannya akan mendapat pengaruh kekhusyu’an dan ketenangan hati sehingga mendorongnya kepada Hubbul Akhiroh. Tidak semua Ulama dikategorikan seperti makna hadits di atas, karena kata Ulama’ menggunakan Isim Makrifah Al-’Ulamaa-u, yang menandakan ketertentuan/kekhususan. Tentunya Ulama yang dimaksud di sini adalah Ulama yang telah mencapai kemakrifatan yang Hakiki, dimana pancaran jiwanya mampu melenyapkan sekat-sekat yang menutupi hati. Maka Robithoh, yakni memandang wajah Syekh dengan mata hati lebih diutamakan dan memiliki tempat yang khusus di kalangan Ahli-ahli Thoriqoh, sebagai penyatuan ruhaniyah seorang murid yang dhoif lagi faqir, dengan Syekhnya yang kamil menuju Hadhirat Alloh Ta’ala. Di dalam sebuah hadits dikatakan bahwa ada sebagian ahli dzikir yang dapat menyebabkan orang lain ingat kepada Alloh. Yakni dengan memandang wajahnya saja, membuat mereka teringat untuk dzikrulloh. Hadits lain menyebutkan bahwa Sebaik-baik orang di antara kamu ialah seseorang yang apabila orang lain memandang wajahnya, maka ia ingat kepada Alloh, jika mendengar ucapannya maka bertambah ilmunya, dan jika melihat amal perbuatannya maka tertariklah pada akhirat’. Atas dasar hadits ini para pembimbing dzikir Syeikh Sufi terdahulu sangat menganjurkan untuk senantiasa mengenang wajah Syeikhnya sebagai alat untuk mempermudah dzikir ingat kepada Alloh SWT, dan yang demikian itu akan membuat dirinya tenggelam dalam lautan mahabbah dzikir-Nya. Berkata Syeikh Mushthofa Al-Bakri Rohimahullohu Ta’ala “Dan di antara apa yang diwajibkan atas seorang murid adalah robithoh hatinya dengan Gurunya dan maknanya bahwa murid senantiasa mengekalkan atas penyaksian akan rupa Syeikhnya. Inilah merupakan syarat yang dianjurkan bagi kaum Sufi yang mewariskan kepada maqom makrifat yang tinggi” Sumber Kitab Hidayatus Salikin
بسم الله الرحمن الرحيمالله صلى وسلم وبارك على سيدنا محمدينAbu Bakar Al-Muthawi’i selama 12 tahun beliau selalu aktif mengikuti majlis pengajian Imam Ahmad. Di dalam majeles hadits tersebut imam ahmad membacakan Al Musnad kepada putra –putra beliu, namun selama mengikuti mejelis tersebut. Al-Muthawi’i tidak memiliki catatatan walau hanya satu Hadits. Lalu, apa yang di lakukan Al-Muthawi’i di mejelis tersebut? Beliu hanya ingin memandang Imam tidak hanya Al-Muthawi’i saja yang datang ke mejelis hadits hanya untuk memandang imam ahmad. Mayoritas mareka yang hadir di dalam mesjid tersebut memiliki tujuan yang sama dengan Al-Muthawi’i, padaha jumlah mareka yang hadir di dalam mejelis imam ahmad saat itu lebih dari 5000 orang, namun yang mencatat hadist kurang dari 500 orang sahaja. Demikianlah mengisahkan oleh Ibnu Al-Jauzi manaqib imam ahmad, 210Apa yang di lakukan oleh Al-Muthawi’i bukalah hal yang sia-sia karena memandang orang yang shaleh bisa memberika hal yang positif bagi pelakunya, memandang orang yang sahleh bisa membangkitkan semagat untuk meningkatkan amalan kebaikan, jika keimanan seseorang sedang turun. Sebagiamana yang di lakukan oleh Abu Ja’far Bin Selaiman salah satu murid Hasan A-Bashri beliau pernah ,mengatakan “ jika aku merakasan hatiku sedang dalam keadaan keras, maka aku akan segera pergi untuk memandang Wajah Muhammad Bin Wasi’ Al-Bishri maka ha iu mengigatkanku kepda kematian.” Tarik Malik sendiri juga melakukan hal yang sama tatkala merasakan qaswah dalam hatinya. Beliau bercerita “setiap aku mersakan adanya qaswah dalam hati maka aku mandatagi Muhammad Bin Al-Munkadar dan memandanya. Hal ini bisa memberikan penrigatan kepadaku selama beberapa hari.” Tartib Al-Hasan Al-Basri sendiri juga di kenal sebagai ulama yang memandanya membuat pelakunya akan ingat kepada ALLAH sebagaimana disebutkan oleh ulama semasa dengan belau. Ats’ats Bin Abdullah juga mengatakan.” Jika kami bergabung dengan mejelis a-hasan maka setelah kami keluar kami tidak ingat lagi terhadap dunia.” Jika memang besar dampak positif yang di peroleh dengan memandang para orang-orang yang shaleh maka melakukanya dalah diaangap ibadah karena telah melaksanakan saran Rasulullaah. Dimana suatu saat beberapa sahabat bertanyak. “sahabat seperti apa yang baik buat kami?” lalu Rasulullah menjawab .”yakni apabila kalian memandang wajahnya maka hal tersebut mengigatkan kalian kepada Allah.” Riwayat Abu Ya’lah. Diasankan Al-Bushiri. Mudah-mudahan allah kumpulakan kita semua di dunia dan akhirat bersama orang-orang yang shaleh dan di masukan dalam syurga bersama-sama.
DEPOK – Memandang wajah ulama atau orang-orang saleh itu berkah. “Terdapat sejumlah rahasia memandang wajah ulama yang berserakan dalam sabda Nabi SAW dan penjelasan ulama,” kata Dr KH Syamsul Yakin MA saat mengupas Kitab Tanqihul Qaul di Masjid Jami Baitussalam Perum Puri Depok Mas, Depok, Jawa Barat, Ahad 17/3. Siaran pers yang diterima Ahad 17/3 menyebutkan, pengajian rutin itu diawali Shubuh berjamaah hingga syuruq terbit matahari. Pimpinan Pondok Pesantren Darul Akhyar, Parung Bingung, Depok itu menambahkan, hal ini seperti terungkap, misalnya, dalam dalam Lubab al-Hadits, Jalaluddin al-Suyuthi, yang dikomentari oleh Syaikh Nawawi Banten dalam Tanqihul Qaul. Pertama, dalam Lubab al-Hadits, Jalaluddin al-Suyuthi mengutip hadits Nabi SAW yang bersabda, “Barangsiapa yang menatap wajah seorang ulama kendati sekali pandangan saja, lalu hal itu membuatnya gembira, maka Allah menciptakan dari pandangan itu satu malaikat yang memohonkan ampun untuk dirinya hingga hari kiamat”. Kedua, seperti diungkap kembali oleh Syaikh Nawawi Banten dari kitab Riyadh al-Shalihin, bahwa Ali Ibn Abi Thalib berkata, “Memandang wajah seorang ulama adalah ibadah. Lalu berpendar cahaya dalam pandangan itu dan terang cahaya di dalam hatinya. Ketika seorang ulama mengajarkan ilmu, maka satu tema yang diajarkan berhadiah satu istana di surga”. "Bagi yang mengamalkan ilmu yang diajarkannya, akan mendapatkan hadiah serupa”. Ketiga, Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa yang memuliakan seorang ulama, sungguh ia telah memuliakan aku”. Mengapa begitu? Menurut Syaikh Nawawi Banten, “Karena ulama adalah kekasih Nabi SAW”. Lalu Nabi SAW melanjutkan, “Barangsiapa yang memuliakan aku, sungguh ia telah memuliakan Allah.” Mengapa begitu? Menurut Syaikh Nawawi Banten, “Karena Nabi SAW adalah kekasih Allah SWT”. Nabi SAW bersabda lagi, “Barangsiapa yang memuliakan Allah, maka ia akan bertempat tinggal di surga”. Surga itu sendiri adalah tempat tinggal para kekasih Allah SWT”, demikian tulis Syaikh Nawawi Banten. Keempat, terkait dengan hal ini Nabi SAW bersabda, “Muliakanlah ulama karena mereka adalah pewaris para nabi. Barangsiapa yang memuliakan mereka, sungguh ia telah memuliakan Allah dan Rasul-Nya”. Hadits ini diriwayatkan oleh al-Khatib al-Baghdadi bersumber dari Jabir. Kelima, Nabi SAW bersabda, “Seorang ulama yang sedang tidur lebih utama ketimbang orang bodoh yang sedang beribadah”. Hadits ini menurut Syaikh Nawawi Banten maksudnya adalah bahwa seorang ulama yang sedang tidur yang memperhatikan tata aturan keilmuan lebih utama ketimbang orang bodoh yang sedang beribadah namun tidak memahami tata aturannya. Keenam, lebih tegas lagi, Nabi SAW jelaskan, “Tidur dengan berdasar ilmu lebih baik ketimbang shalat berdasar kebodohan”. Hadits ini diwayatkan oleh Abu Nu’aim dengan sanad dhaif. Mengapa begitu? Menurut Syaikh Nawawi Banten, “Karena orang yang bodoh terkadang menduga yang membatalkan itu dianggap sah dan yang dilarang itu sebagai yang dibolehkan”. Ketujuh, menurut Dirar Ibn al-Azwari al-Shahabi, “Barangsiapa yang beribadah kepada Allah dengan penuh kebodohan, maka potensi merusak lebih besar dari memperbaiki. Watsilah Ibn al-Asqa’a juga berkata, “Orang yang beribadah tanpa ilmu fikih ibarat sekawanan keledai penggiling tepung”.
Kalam “Jika kau punya masalah yang tidak bisa kau selesaikan dengan akal, maka sering-seringlah melihat wajah orang shaleh, pasti Allah SWT akan memberimu jalan keluar.” ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠﻰَ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪِ، ﺍﻟْﻔَﺎﺗِﺢِ ﻟِﻤَﺎ ﺃُﻏْﻠِﻖَ ﻭَﺍﻟْﺨَﺎﺗِﻢِ ﻟِﻤَﺎ ﺳَﺒَﻖَ، ﻧَﺎﺻِﺮِ ﺍﻟْﺤَﻖِّ ﺑِﺎﻟْﺤَﻖِّ، ﻭَﺍﻟْﻬَﺎﺩِﻱ ﺇِﻟَﻰ ﺻِﺮَﺍﻃِﻚَ ﺍﻟْﻤُﺴْﺘَﻘِﻴْﻢِ ﻭَﻋَﻠﻰَ ﺁﻟِﻪِ ﺣَﻖَّ ﻗَﺪْﺭِﻩِ ﻭَﻣِﻘْﺪَﺍﺭِﻩِ ﺍﻟﻌَﻈِﻴْﻢِ Aplikasi Pejalan Ruhani bisa di download di Google Play Store. Semoga bermanfaat SurauBaitulFatihTarekatNaqsyabandiyahKhalidiyah Follow 🌻suraubaitulfatihdzikir dzikrullah sholawat shalawat sholawatan maulid suluk salik syariat thariqat thariqah thoriqoh tarekat hakikat makrifat islam iman ihsan tauhid sufi sufism sufisme sufistik tasawuf mahabbah naqsyabandiyah naqshbandi jatman aswaja nahdliyin Mulai Perjalanan Mulai perjalanan ruhani dalam bimbingan Mursyid Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah, Sayyidi Syaikh Ahmad Farki al-Khalidi qs. Kalam & Nasehat Lainnya Rekomendasi Di sejumlah pesantren salafiyah, buku ini Tanwir al-Qulub biasanya dipelajari bersamaan dengan kitab-kitab fikih. Yang sedikit membedakan, kitab ini ditulis oleh seorang pelaku tarekat sekaligus mursyid dari tarekat Naqsyabandiyah.
memandang wajah orang sholeh